Bengkulu, Faceminang.com - Sebanyak 50 persen atau seluas 70.000 dari 140.000 hektare (Ha) perkebunan sawit di Bengkulu menggunakan bibit palsu.
"Hal ini terang saja merugikan para petani karena pohon sawit yang berasal dari bibit palsu produktivitasnya rendah malah ada yang tidak berbuah sama sekali. Untuk itu pada 2012 kita akan mengganti pohon sawit dari bibit palsu tersebut," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu Ricky Gunawan, Kamis (22/12).
Banyaknya bibit palsu yang digunakan itu menurutnya karena kurangnya pengetahuan petani terhadap bibit yang baik dan berkualitas.
"Kebanyakan petani mengambil bibit secara asal-asalan, malah sebagian besar mengambil bibit dari buah yang jatuh dari pohon," katanya.
Sebab itu tahun ini akan diberikan bantuan bibit pengganti untuk perkebunan sawit rakyat seluas 12.000 Ha. "Setiap hektare biasanya ditanami sebanyak 125 batang sawit," katanya.
Harga bibit kelapa sawit kini berkisar antara Rp30.000 per batang. Harga yang cukup mahal ini membuat petani memilih membuat bibit sendiri dari benih asal-asalan.
Proses penggantian bibit akan dilakukan secara bertahap. Bantuan ini gratis yang diprioritaskan adalah perkebunan rakyat. "Kami mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati membeli bibit karena untuk mengetahui bibit tersebut baik atau tidak saat pohon telah besar dan masuk waktu berbuah," jelasnya.
Akibat bibit palsu ini dirasakan oleh Andi Wijaya petani asal Kabupaten Seluma, sebab selama ini ia tergiur harga bibit murah, namun saat ini ia rugi puluhan juta rupiah.
Seluas dua hektare sawit yang telah ditanaminya empat tahun lalu hanya sebagian kecil saja yang berbuah. Padahal biasanya sawit yang berasal dari bibit unggul dan usia produktif di atas lima tahun menghasilkan 20 ton tandan buah segar (TBS) per hektare/tahun.
Ia berharap mendapatkan bantuan bibit unggul dari pemerintah, meski untuk itu ia harus menunggu beberapa tahun lagi hingga sawitnya berproduksi.
sumber : media indonesia