Sijunjung, Faceminang.com - Penyebab tewasnya dua tahanan Polsek Sijunjung, Busri M Yasin, 19, dan Faisal Akbar, 16, warga Pulasan, Kecamatan Tanjunggadang, Sijunjung, di dalam sel masih misteri. Namun begitu, ada indikasi tewasnya kakak beradik itu karena dianiaya sebelum digantung dalam sel. Pihak keluarga menemukan banyak bekas kekerasan di tubuh Busri dan Faisal.
Misteriusnya kematian kedua tahanan kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor) itu, mengundang protes warga Pulasan. Sekitar pukul 14.30 WIB, kemarin (29/12), seratusan warga mendemo Mapolres Sijunjung setelah mengadu ke Kantor Bupati.
Aan, 29, saudara kedua tahanan itu, mengungkapkan tidak adanya tanda-tanda gantung diri. Sebab, mereka tidak menemukan lidah, air mani, atau buang air besar ke luar. Hingga kemarin jenazah belum dikebumikan, dan masih terbujur di rumahnya. Seluruh anggota keluarga sepakat agar dilakukan otopsi atas jenazah kaka beradik itu.
Malam sebelumnya (28/12), aparat kepolisian telah menawarkan kepada pihak keluarga di depan ninik mamak dan wali nagari Pulasan, agar dilakukan otopsi pada kedua jenazah. Menimbang kedua jasad lama terbengkalai, pihak keluarga lalu meminta jenazah dibawa pulang ke Pulasan untuk segera dilakukan penyelenggaraan jenazah.
”Yang tadi malam berunding hanya para orangtua saja, yang awam dengan permasalahan seperti ini. Pertimbangannya dana otopsi dan lamanya proses otopsi. Tapi kami banyak menemukan kejanggalan pada kedua mayat. Sebut saja bagian tubuhnya, tidak ada yang tidak berbekas kekerasan. Bagian kepala yang lunak, tulang rusuk yang patah, bekas memar di sekujur badan, bagian gusi yang goyah, bekas dua tembakan di paha, dan lain sebagainya,” ungkap Aan.
Saat menyampaikan orasi di Polres Sijunjung, kedua belah pihak sepakat melakukan otopsi. ”Kita sepakati untuk diotopsi. Lalu kita tunggu hasilnya.
Setuju?” ucap Kasat Intel Polres Sijunjung, AKP Rifa’i, sebagai perwakilan juru bicara Polres, pada kesempatan yang dihadiri Kapolres Sijunjung, AKBP Sumarto, dan Kasat Reskrim Polres Sijunjung, AKP Suyanto, yang disambut dan disetujui warga Pulasan. Sore kemarin kedua mayat langsung dijemput dan akan dibawa ke Padang untuk diotopsi di RSUP M Djamil Padang.
Pantauan Padang Ekspres di RSUP M Djamil Padang, kedua jenazah dimasukkan ke bungker jenazah menunggu otopsi dan dikawal sejumlah aparat kepolisian dan tim forensik dari Polda Sumbar.
Klaim tak Ada Kekerasan
Berbeda versi polisi, Kabid Humas Polda Sumbar AKPB Kawedar menyimpulkan kedua tahanan tewas bunuh diri sesuai ciri-ciri didapatkan tim identifikasi. Tersangka menggunakan alat atau media gantung diri berasal dari robekan kain. Diduga sobekan itu berasal dari pakaian tersangka.
Walaupun demikian, polisi akan terus menyelidiki penyebab kematian dua orang tahanan yang telah melakukan 19 kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor di sejumlah kawasan.
”Dalam pemeriksaan, tidak ditemukan indikasi penganiayaan dan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban. Tapi, polisi akan terus mencari seluruh dugaan yang membuat dua orang tersangka itu gantung diri, untuk itu dalam waktu dekat akan ada beberapa orang diperiksa untuk memberikan keterangan,” ujarnya.
Di antara saksi yang akan diperiksa penyidik adalah teman satu sel tersangka dan polisi piket. Soal dugaan intimidasi, sebut Kawedar, muncul saat ada seseorang menjenguk kedua tersangka itu. Tapi untuk memastikan ada intimidasi, penyidik harus menelusuri hal tersebut terlebih dahulu. ”Karena tingginya hukuman yang akan dijatuhkan pada tersangka, mungkin karena itu kedua tersangka nekat bunuh diri,” sebutnya.
Kawedar menambanhkan, siang kemarin (29/12), 10 saudara dan ninik mamak tersangka telah melakukan pembicaraan dengan Kapolres Sijunjung. Mereka minta kasus itu cepat diusut, karena pihak keluarga juga ingin mengetahui apa penyebab kematian anak mereka itu. Menjawab ini, Kapolres dan polisi berjanji akan menginformasikan setiap janji segera menuntaskan persoalan.
Menurut Kawedar, polisi berharap pada masyarakat bersabar, dan menunggu hasil penyidikan pihak kepolisian. Selain itu, polisi juga berharap pada masyarakat Sijunjung, untuk tidak berbuat anarkis, dan terpancing isu-isu yang tidak bertanggung jawab.
Kawedar juga menyebutkan bahwa pihaknya juga sudah mengirimkan Brimob Polda Sumbar ke Sijunjung. Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.
Dihubungi terpisah, psikolog Sri Kusuma Wardani mengatakan, jika aksi bunuh diri, biasanya dilakukan atas dorongan pribadi, bukan dorongan dari luar. Sebelum bunuh diri, ada tanda-tanda muncul kegelisahan dalam sel.
sumber : padang ekspres