Washington DC, Faceminang.com - Posting blog, tweet, status Facebook, juga posting video YouTube menjadi 'senjata' baru. Majalah TIME menobatkan para demonstran sebagai 'Person of the Year 2011'. Para demonstran ini mengalahkan Steve Jobs sebagai sosok yang paling berpengaruh dalam pemberitaan.
Tahun 2011 memang marak dengan aksi protes, dari aksi Arab Springs yang menjatuhkan sejumlah kepala negara di kawasan Timur Tengah, hingga aksi yang dilakukan kaum 99 persen yang berusaha menduduki pasar modal.
Aksi ini tak hanya berlangsung di Lapangan Tahrir di Kairo, atau Wall Street di New York. Pemberontakan juga dilakukan di ranah digital, melalui jejaring sosial, blog, hingga situs video sharing semacam YouTube.
Posting blog, tweet, status Facebook, juga posting video di YouTube menjadi 'senjata' efektif dalam sejumlah aksi revolusi. Sejumlah posting di ranah digital ini terbukti efektif, dan berfungsi layaknya lembaran propaganda atau spanduk menentang aksi rezim suatu negara.
Sejumlah aktivis dunia digital muncul sebagai pahlawan. Misalnya, Wael Ghonim di Mesir. Pemuda berusia 30 tahun itu menjadi salah satu motor penggerak mobilisasi massa melalui internet untuk turun ke jalan dengan mengelola sejumlah grup akun di laman jejaring sosial Facebook.
Sebuah studi di University of Washington pun mencatat, jejaring sosial memainkan peran penting dalam revolusi di Tunisia dan Mesir. Apalagi, banyak para diktator yang tidak memiliki antisipasi dalam menghadapi pemberontakan di dunia digital.
Studi ini kemudian menyebut, jumlah tweet di Mesir melonjak drastis dari 2.300 menjadi 230 ribu pada sepekan sebelum Presiden Hosni Mobarak mengundurkan diri. Kata 'pembebasan' juga menjadi kata yang paling banyak muncul dalam konten yang mereka jadikan bahan penelitian.
Tak hanya itu, para peretas pun mulai memainkan peran penting, yang memusingkan korporasi dan instansi tingkat dunia. Kelompok hacktivist, seperti LulzSec dan Anonymous mulai beraksi dengan masuk, bahkan melumpuhkan sistem pertahanan perusahaan seperti Nintendo, News International, Facebook, hinga Pentagon, Senat, dan CIA.
Serangan terhadap situs pemerintah dan instansi resmi di Amerika Serikat bahkan memakan korban. Randy Vickers, direktur sebuah tim yang dibentuk untuk menghadapi keadaan emergency akibat serangan komputer (CERT), mundur pada 22 Juli 2011.
sumber : vivanews