Faceminang.com
pencarian di faceminang.com
Portal berita online terkini dari Padang, Sumatera Barat. -
Tour de Singkarak 2013

Top Stories

Senin, 12 Desember 2011

Strategi Investasi 2012, Batasi 'Mimpi' Raup Untung Besar

Berita: Ekonomi Bisnis
Strategi Investasi 2012, Batasi Mimpi Raup Untung Besar

Faceminang.com - Terdapat dua hal yang mesti dipertimbangkan dalam menyusun strategi investasi di 2012. Pertama, dapat mengantisipasi kondisi pasar yang gejolaknya cenderung permanen. Kedua, mempertimbangkan sektor pendorong bursa.

Chief Economist & Investor Relation Director Bahana Investment, Budi Hikmat mengatakan strategi alokasi antar aset yang lebih lincah diperlukan untuk mengantisipasi pasar yang cenderung bergejolak.

"Sedangkan untuk sektor pendorong bursa, kami menyarankan investor untuk membatasi harapan (tone-down expectation) atas potensi keuntungan berinvestasi. Mengapa? Pasar saham kita secara umum digerakkan oleh dua mesin utama. Mesin pertama adalah sektor energi dan komoditas yang lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal. Sedangkan mesin kedua adalah sektor berorientasi domestik seperti otomotif, properti dan konsumsi yang lebih dipacu oleh penurunan suku bunga," kata Budi dalam penjelasannya seperti dikutip detikFinance di Jakarta, Minggu (11/12/2011).

Selama periode 2003 dan 2007, Budi menjelaskan sejalan dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi global, keuntungan IHSG melesat dengan rata-rata 50% per tahun yang dipacu oleh sektor pertambangan (112%) dan perkebunan (87%).

Namun keadaan berbalik setelah krisis keuangan 2008. Kelebihan likuiditas akibat berbagai stimulus the Fed untuk meredam risiko resesi di AS telah menyebabkan penurunan suku bunga global termasuk Indonesia. Selama periode Jan-2008 hingga Oktober 2011, rata-rata keuntungan IHSG hanya 11% per tahun yang lebih ditopang oleh sektor konsumsi (34%) dan keuangan (22%). Sementara indeks saham sektor pertambangan dan perkebunan penurunan masing-masing 2,3% dan -3,6%.

"Mengingat beragam indikator masih menunjukkan risiko resesi global, maka sangat bisa jadi sektor pertambangan dan perkebunan tetap tidak akan memberikan keuntungan seperti periode 2003-2007. Meski demikian, terbuka peluang keuntungan kedua sektor itu lebih baik ketimbang 2008-2011," tuturnya.

Demikian juga dengan kecenderungan peningkatan suku bunga global sejak Juli 2011 yang terkait permintaan dana untuk re-financing utang bagi banyak negara yang jatuh tempo sangat bisa jadi akan membatasi penurunan bunga.

Proyeksi ini berisiko membatasi keuntungan saham sektor keuangan dan konsumsi tidak seperti tahun 2008-2011. Meski demikian kedua sektor ini tetap menawarkan peluang keuntungan terkait dengan potensi demografi Indonesia yang didominasi oleh penduduk berusia muda.

"Lalu berapa harapan keuntungan IHSG tahun 2012? Apa acuan Bahana untuk penentuan harapan keuntungan IHSG tahun depan? Kami memiliki temuan empiris yang menarik yang menyimpulkan bahwa meski dalam jangka pendek pergerakan IHSG dan sektor riil kurang selaras, namun dalam jangka pendek keduanya sepadan," katanya.

Menurut Budi, data-rata keuntungan per tahun IHSG selama periode Desember 1996 hingga November 2011 mencapai 17,2% dimana 16,8% merupakan capital gain. Angka ini jelas lebih tinggi ketimbang inflasi (11,3%). Namun tidak terlalu jauh dibanding 18,4% kinerja sektor riil yang diestimasi berdasarkan GDP nominal.

"Bayangkan saja GDP nominal itu seperti estimasi total nilai berbagai barang dan jasa yang dihasilkan melalui berbagai sektor riil setiap tahun. Data empiris itu menegaskan kinerja saham pada akhirnya sangat tergantung kepada faktor fundamental," terangnya.

Mengingat mesin pendorong IHSG akan lebih berimbang antara sektor eksternal dan internal, seperti penjelasan diatas, maka Budi berasumsi yang akan terjadi adalah proses normalisasi return.

"Karenanya kami menetapkan 16,8% sebagai harapan keuntungan saham untuk tahun 2012. Anjuran tone down expectation ini juga terkait dengan kemungkinan risiko regional rotation mengingat valuasi IHSG yang relatif lebih tinggi ketimbang bursa regional. Kami cermati ada pola bahwa bursa China (SHCOMP) cenderung meningkat ketika memasuki pelonggaran likuiditas," jelas Budi.

Acuan lain untuk take profit adalah bila ada potensi keuntungan aset alternatif, seperti emas, deposito hingga bisnis sektor riil yang lebih besar ketimbang saham. Investor saham yang juga pengusaha properti dapat melakukan take-profit untuk membiayai projek properti yang menjanjikan keuntungan yang lebih tinggi ketimbang saham.

"Take profit when you really need the money. Dengan pertimbangan diatas dan mencermati tetap rendahnya suku bunga deposito, investasi di dalam saham tetap menjadi pilihan bagi investor jangka panjang," pungkasnya. detik