Faceminang.com
pencarian di faceminang.com
Portal berita online terkini dari Padang, Sumatera Barat. -
Tour de Singkarak 2013

Top Stories

Jumat, 04 Februari 2011

Pemkab Solok tak Intervensi Harga Beras

Berita: Sumatera Barat
Pemkab Solok tak Intervensi Harga BerasSolok, Faceminang - Pemkab Solok tak Intervensi Harga Beras. Tingginya harga beras Solok di pasaran yang berlangsung sejak akhir 2010 hingga pekan terakhir ini memang menjadi sorotan banyak pihak.

Apalagi kenaikan harga beras yang populerkan lewat lagu minang itu disertai dengan kelangkaan mendapatkannya di pasaran. Masyarakat berharap pemerintah setempat dapat mengendalikan laju beras Solok di pasaran agar mudah dan murah dijangkau.

Akan tetap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok menilai kenaikan harga dan susahnya mendapatkan beras Solok di pasaran merupakan sebuah keperpihakan iklim perekonomian untuk kalangan petani. Pasalnya, tingginya harga beras, petani bisa meraup keuntungan yang tinggi. Untuk itu, Pemkab Solok tak melakukan pengendalian harga komoditi pangan itu menjadi turun lagi.

Bupati Solok Syamsu Rahim kepada Padang Ekspres menuturkan, menganggap perdagangan beras merupakan telah masuk pada laju perdagangan bebas. Pemerintah tak dapat melakukan intervensi terhadap jual beli beras di pasaran dan kemana pun beras itu dijual. Dinilainya harga beras tersebut sangat menguntungkan masyarakatnya.

"Kapan lagi petani kita dapat menikmati harga jual produksi dengan tinggi. Selama ini petani Solok harga jual berasnya sering ditungangi para tengkulak. Mudah-mudahan petani dengan harga beras naik ini bisa tersenyum," ujar Syamsu Rahim.

Menurut mantan Walikota Solok itu, kecemasan banyak pihak yang mengantakan warga Solok lebih suka makan beras Bulog bukanlah suatu persoalan dan ironi. Melainkan suatu kelihaian dari warga Solok yang berani melihat pangsa pasar untuk mendapatkan keuntungan besar.

Beras bulog yang dikonsumsi orang Solok, kata Syamsu, bukan berarti petani Solok ikut membeli beras Bulog. Beras Bulog lebih cenderung dibeli oleh warga Solok yang tak memiliki sawah. Atau warga Solok sehari-hari berprofesi sebagai buruh tani atau selain petani. Sehingga untuk membeli beras Solok dengan harga melambung bagi mereka sangatlah berat.

Sementara itu, warga Solok yang memiliki sawah selalu memisahkan sebagaian beras produksinya untuk dikonsumsi sendiri sebelum dilepas ke pasaran. "Tidak semua beras petani itu dijual kepasaran. Bagi mereka yang memiliki sawah tetap mengalokasikan beras untuk diri mereka sendiri," lanjutnya.

Lain halnya buruh tani. Buruh tani, penghasilan dari menggarap sawah yang umumnya berupa padi atau gabah pula. Lantas dijualnya ke pedagang untuk mendapatkan uang. Uang itu nantinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan harian mereka.

Tak akan Memicu Inflasi.
Banyaknya masyarakat Solok mengkonsumsi beras Bulog tentunya akan berujung pada peredaran uang di Kabupaten Solok, karena masyarakat setempat lebih suka membelanjakan uangnya. Hal demikian akan memicu terjadinya inflasi. Akan tetapi kemungkinan tersebut dibantah Syamsu Rahim.

Menurut putra kelahiran Nagari Paninjauan Kecamatan X Koto Di Atas itu, tak akan memicu terjadinya inflasi di Kabupaten Solok. Sebab, uang tak terlalu banyak beredar. Membeli beras BUlog yang dilakukan masyarakat Kabupaten Solok dilakukan dari hasil penjualan beras sendiri.

Harga beli beras Bulog pun tak setinggi beras Solok. Sehingga sisa penjualan beras Solok itu disimpan atau ditabung atau diputarkan lagi oleh petani untuk memicu perputaran perekonomian. padang-today.com