SumBar, Faceminang - Gempa Darat Ancam 5 Daerah. Kota Solok, Kabupaten Solok, Padangpanjang, Tanahdatar dan Agam menjadi daerah yang paling rawan terjadinya gempa berkekuatan besar.
Sebab, daerah itu dekat dengan Gunung Talang dan Gunung Merapi. Potensi aktivitas vulkanik di dua gunung itu dan aktivitas tektonik oleh cesar (patahan) semangko sangat besar.
“Parahnya, gempa tersebut merupakan gempa darat dengan daya rusak lebih hebat daripada gempa yang berpusat di laut,” kata
Kasi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Padangpanjang Buha Simanjuntak dan Koordinator Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sumbar Taufik Gunawan, pada seminar BMKG di Aula Bappeda Kota Solok, kemarin.
Gunung Talang dan Gunung Merapi hingga kini masih dinyatakan aktif. Sementara cesar semangko, merupakan patahan yang paling aktif dibanding 10 cesar lain di Pulau Sumatera. Dua kondisi tersebut (aktivitas vulkanik dan tektonik) akan menyebabkan gempa besar bila terjadi bersamaan atau beriringan.
Kawasan Danau Singkarak yang merupakan patahan paling aktif di cesar semangko menjadi daerah rawan karena diapit dua gunung api aktif. Gempa cukup besar pernah terjadi tanggal 6 Maret 2007 lalu yang berpusat di Muara Danau Singkarak, tepatnya di Gunungrajo, Tanahdatar.
Saat itu, kekuatan gempa hanya skala 6,4 SR dengan kedalaman 19 kilometer. Meski terbilang kecil, daya rusaknya luar biasa. “Itulah bedanya gempa yang berpusat di darat dan di laut. Gempa darat, efek kerusakan sangat parah pada infrastruktur, tapi gempa laut, ketakutan terhadap tsunami yang jauh lebih besar. Namun kami sama sekali tidak berniat menakut-nakuti masyarakat di kawasan tersebut. Karena hingga saat ini belum ada satu pun ahli yang mampu memprediksi terjadinya gempa. Namun potensi (adanya gempa besar, red) di jalur cesar semangko tersebut sangat besar,” ujar Taufik.
Gempa besar di wilayah Solok telah terjadi beberapa kali dan menyebabkan kerusakan parah. Itu terjadi ratusan tahun lalu. Gempa besar pertama terjadi tahun 1797 dengan kekuatan 8,4 SR. Disusul gempa 8,6 SR tahun 1833. Di abad XX, gempa besar tercatat dua kali yang juga menyebabkan kerusakan parah. Pertama tahun 1926 dengan kekuatan 6,8 SR di kedalaman 10 kilometer dan tahun 2007 dengan kekuatan 6,4 SR dengan kedalaman 19 kilometer.
“Gempa vulkanik dan tektonik hanya akan terjadi pada patahan dan pertemuan lempeng. Kawasan Danau Singkarak dan jalur patahan lainnya di Sumbar juga ikut dipengaruhi pergerakan lempeng Indo Australia di sepanjang pantai barat Sumatera hingga selatan Pulau Jawa. Setiap tahun lempeng tersebut bergerak 71 milimeter. Ini ikut mempengaruhi pergerakan di cesar semangko dan aktivitas vulkanik di Gunung Talang dan Gunung Merapi,” ungkap Buha.
Buha mengingatkan bahwa gempa besar tersebut adalah kenyataan adanya potensi. “Meski potensi tersebut tetap ada, namun terjadinya gempa tetap rahasia Tuhan tanpa ada satu pun manusia yang bisa memprediksinya,” ujarnya. padangekspres.co.id
Sebab, daerah itu dekat dengan Gunung Talang dan Gunung Merapi. Potensi aktivitas vulkanik di dua gunung itu dan aktivitas tektonik oleh cesar (patahan) semangko sangat besar.
“Parahnya, gempa tersebut merupakan gempa darat dengan daya rusak lebih hebat daripada gempa yang berpusat di laut,” kata
Kasi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Padangpanjang Buha Simanjuntak dan Koordinator Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sumbar Taufik Gunawan, pada seminar BMKG di Aula Bappeda Kota Solok, kemarin.
Gunung Talang dan Gunung Merapi hingga kini masih dinyatakan aktif. Sementara cesar semangko, merupakan patahan yang paling aktif dibanding 10 cesar lain di Pulau Sumatera. Dua kondisi tersebut (aktivitas vulkanik dan tektonik) akan menyebabkan gempa besar bila terjadi bersamaan atau beriringan.
Kawasan Danau Singkarak yang merupakan patahan paling aktif di cesar semangko menjadi daerah rawan karena diapit dua gunung api aktif. Gempa cukup besar pernah terjadi tanggal 6 Maret 2007 lalu yang berpusat di Muara Danau Singkarak, tepatnya di Gunungrajo, Tanahdatar.
Saat itu, kekuatan gempa hanya skala 6,4 SR dengan kedalaman 19 kilometer. Meski terbilang kecil, daya rusaknya luar biasa. “Itulah bedanya gempa yang berpusat di darat dan di laut. Gempa darat, efek kerusakan sangat parah pada infrastruktur, tapi gempa laut, ketakutan terhadap tsunami yang jauh lebih besar. Namun kami sama sekali tidak berniat menakut-nakuti masyarakat di kawasan tersebut. Karena hingga saat ini belum ada satu pun ahli yang mampu memprediksi terjadinya gempa. Namun potensi (adanya gempa besar, red) di jalur cesar semangko tersebut sangat besar,” ujar Taufik.
Gempa besar di wilayah Solok telah terjadi beberapa kali dan menyebabkan kerusakan parah. Itu terjadi ratusan tahun lalu. Gempa besar pertama terjadi tahun 1797 dengan kekuatan 8,4 SR. Disusul gempa 8,6 SR tahun 1833. Di abad XX, gempa besar tercatat dua kali yang juga menyebabkan kerusakan parah. Pertama tahun 1926 dengan kekuatan 6,8 SR di kedalaman 10 kilometer dan tahun 2007 dengan kekuatan 6,4 SR dengan kedalaman 19 kilometer.
“Gempa vulkanik dan tektonik hanya akan terjadi pada patahan dan pertemuan lempeng. Kawasan Danau Singkarak dan jalur patahan lainnya di Sumbar juga ikut dipengaruhi pergerakan lempeng Indo Australia di sepanjang pantai barat Sumatera hingga selatan Pulau Jawa. Setiap tahun lempeng tersebut bergerak 71 milimeter. Ini ikut mempengaruhi pergerakan di cesar semangko dan aktivitas vulkanik di Gunung Talang dan Gunung Merapi,” ungkap Buha.
Buha mengingatkan bahwa gempa besar tersebut adalah kenyataan adanya potensi. “Meski potensi tersebut tetap ada, namun terjadinya gempa tetap rahasia Tuhan tanpa ada satu pun manusia yang bisa memprediksinya,” ujarnya. padangekspres.co.id