Kairo, Faceminang - Krisis Mesir, Korban Tewas Dianggap Remeh. Publik dunia tengah tertuju kepada krisis politik yang terjadi di Mesir. Berbagai lembaga atau badan dunia juga memantau perkembangan di Negeri Piramida itu. Perhatian serius juga dilakukan aktivis hak asasi manusia (HAM).
Menurut aktivis HAM, jumlah orang yang tewas dalam aksi protes terhadap Presiden Mesir Hosni Mubarak bisa dua atau bahkan tiga kali lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Human Rights Watch (HRW) mengumumkan data sekira 300 orang tewas selama aksi demonstrasi terjadi seperti dilaporkan Hossam Bahgat, staf Inisiatif untuk Hak Pribadi Mesir. Namun para peneliti independen belum bisa mendapatkan informasi detail dari berbagai tempat.
"Kami pasti bisa mengatakan jumlah paling konservatif adalah 300 orang. Ini bisa menjadi dua atau tiga kali lipat," kata Bahgat seperti dilansir reuters, Jumat (11/2/2011).
Aktivis HAM juga telah mengunjungi rumah sakit untuk mencoba mendapatkan hitungan akurat, terutama setelah terjadi bentrok brutal pada 28-29 Januari.
Masalah lain juga banyaknya tempat yang tidak terjangkau para aktivis atau ulah pejabat daerah tertentu yang tidak bersedia memberikan informasi.
Tom Porteous dari Human Rights Watch menyarankan memfokuskan pendataan pada korban yang segaja dibunuh.
"Korban jiwa dengan sendirinya memberikan indikasi dari pelanggaran yang terjadi. Jumlah orang yang meninggal karena ditembak dari jarak dekat merupakan indikasi bahwa ada kebutuhan untuk penyelidikan," ungkap Porteous. okezone.com
Human Rights Watch (HRW) mengumumkan data sekira 300 orang tewas selama aksi demonstrasi terjadi seperti dilaporkan Hossam Bahgat, staf Inisiatif untuk Hak Pribadi Mesir. Namun para peneliti independen belum bisa mendapatkan informasi detail dari berbagai tempat.
"Kami pasti bisa mengatakan jumlah paling konservatif adalah 300 orang. Ini bisa menjadi dua atau tiga kali lipat," kata Bahgat seperti dilansir reuters, Jumat (11/2/2011).
Aktivis HAM juga telah mengunjungi rumah sakit untuk mencoba mendapatkan hitungan akurat, terutama setelah terjadi bentrok brutal pada 28-29 Januari.
Masalah lain juga banyaknya tempat yang tidak terjangkau para aktivis atau ulah pejabat daerah tertentu yang tidak bersedia memberikan informasi.
Tom Porteous dari Human Rights Watch menyarankan memfokuskan pendataan pada korban yang segaja dibunuh.
"Korban jiwa dengan sendirinya memberikan indikasi dari pelanggaran yang terjadi. Jumlah orang yang meninggal karena ditembak dari jarak dekat merupakan indikasi bahwa ada kebutuhan untuk penyelidikan," ungkap Porteous. okezone.com